Hari ini baik, awan pun bersahabat
Hari ini hari akhir dari waktu yang meraung-raung menanti kemenangan
Pertempuran hati selama ini kan berakhir
Hari ini baik, tak perlu takut akan sukma yang kan pergi
Selama raga masih menetap, yang berubah hanyalah kenangan masa lalu
Jika kita masih menginginkan kebersamaan, tak perlu ragu tuk katakan
Jika memang kita perlu berjarak, jeda waktu kan siap bergerak
Hari ini baik, bukan hari perpisahan bukan pula hari pergulatan
Selamat berlalu Desember temaram
Angin membawa ke mana gerak, langkah, dan ekpresi ku pergi. Aku memutuska untuk berhenti di sini, ya di tempat ini di mana aku bisa menulis mengeja kata demi kata agar kau baca.
Rabu, 30 Desember 2015
Berlalu, Desember
Kamis, 10 Desember 2015
Elegi Menanti Kepulangan
Ini bukan tentang sepatah dua patah kata selamat tinggal yang belum kau ucapkan
Bukan tentang kemana arah angin yang akan membawamu terbang
Bukan tentang aku yang ditinggalkan atas sebuah keputusan
Bukan tentang kita yang punya cerita-cerita indah nan menyenangkan
Bukan tentang hilangnya kebersamaan setiap waktu datang
Bukan tentang sunyinya dering telepon yang selalu ku nantikan
Bukan tentang senyuman bak sang fajar kecerahan
Bukan tentang tatapan lalu wajah yang kemerahan lalu memesonakan
Ini tentang dua insan yang dipisahkan karena keadaan
Tentang yang ditinggalkan mencoba bertahan
Tentang perpisahan yang mengaharukan
Dan salah seorangnya merindukan
Ini elegi yang tak bertuan
Yang satu hilang dan melayang
Yang satunya diam dan menunggu kepulangan
Pun tak ada tanda kepulangan seseorang
Ini elegi tentang seseorang yang melupakan dan dilupakan
Ditinggalkan tanpa senyuman
Lalu diabaikan
Kemudian hilang
Bukan tentang kemana arah angin yang akan membawamu terbang
Bukan tentang aku yang ditinggalkan atas sebuah keputusan
Bukan tentang kita yang punya cerita-cerita indah nan menyenangkan
Bukan tentang hilangnya kebersamaan setiap waktu datang
Bukan tentang sunyinya dering telepon yang selalu ku nantikan
Bukan tentang senyuman bak sang fajar kecerahan
Bukan tentang tatapan lalu wajah yang kemerahan lalu memesonakan
Ini tentang dua insan yang dipisahkan karena keadaan
Tentang yang ditinggalkan mencoba bertahan
Tentang perpisahan yang mengaharukan
Dan salah seorangnya merindukan
Ini elegi yang tak bertuan
Yang satu hilang dan melayang
Yang satunya diam dan menunggu kepulangan
Pun tak ada tanda kepulangan seseorang
Ini elegi tentang seseorang yang melupakan dan dilupakan
Ditinggalkan tanpa senyuman
Lalu diabaikan
Kemudian hilang
Minggu, 22 Maret 2015
Bukan Salah Sang Hujan
Rintik. Aku tahu ini sebuah permulaan
Ketika hujan datang, tak ada segaris pun senyum dari bibir teruntai
"Jangan salahkan aku", Ujar sang hujan. "bukan aku yang meminta pada Tuhan" katanya lagi
Hujan terlihat sendu
Aku terdiam
Bukan maksut hujan pula untuk menebar kesedihan malam ini
Ini yang dinamakan rasa rindu
Bukan salah hujan kan?
Bukan salah hujan ketika rindu terlalu menggeliat memecah malam
Bukan salah hujan jika malam ini air mata berjatuhan
Langganan:
Postingan (Atom)
Tragedi Segelas Es Teh Manis yang Tumpah
Teringat janjiku padanya untuk membawakan oleh-oleh khas Jogjakarta, kami memutuskan untuk bertemu. Ini kali kedua kami bertemu. Sejujurnya ...
-
Inilah Saya Bagi Keluarga: Mutiara Empunya Ibu Perkenankanlah saya merefleksikan sedikit coretan saya ini dengan harapan angin memb...
-
Ini bukan tentang sepatah dua patah kata selamat tinggal yang belum kau ucapkan Bukan tentang kemana arah angin yang akan membawamu terbang...
-
Teruntuk bulan yang tak kan padam dilahap malam Teruntuk sinarnya beserta terang cahaya namun tidak pernah kelam Meskipun malam semakin...