"Bisa ngga kamu ngga bikin aku kesel sehari aja" Aku menggerutu dengan ponsel yang ku pegang.
Lagi-lagi aku dibuat jengkel dan kesal dengan lelaki di seberang sana. Hih, ini ngga aku banget deh. Seruku dalam hati sambil melemparkan hp yang ku pegang ke ranjang.
Kamu itu si pembuat onar.
Aku meraih hp ku kembali yang ku lemparkan tadi, mulai menekan nomor telepon lelaki itu. "Bisa ngga kamu kalau orang ngomong dengerin dulu, ngga usah ketawa, ngga pake sambil main game. Kalau mau niat ketemu, aku akan bersiap, kalau tidak jadi ya tidak papa," Bentakku pada si keras kepala. Di ujung telepon sana, terdengar ia masih asyik dengan gadget gamenya disertai tawa. Ku tutup teleponnya pertanda aku geram, berharap dia akan menghubungiku kembali. Ya...1...2...3... Tak berapa lama hp ku berdering, mungkin dia tahu nadaku tinggi karena sikapnya yang menyebalkan.
Nanti akan ku perkenalkan siapa itu si keras kepala.
Angin membawa ke mana gerak, langkah, dan ekpresi ku pergi. Aku memutuska untuk berhenti di sini, ya di tempat ini di mana aku bisa menulis mengeja kata demi kata agar kau baca.
Kamis, 09 April 2020
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tragedi Segelas Es Teh Manis yang Tumpah
Teringat janjiku padanya untuk membawakan oleh-oleh khas Jogjakarta, kami memutuskan untuk bertemu. Ini kali kedua kami bertemu. Sejujurnya ...
-
Inilah Saya Bagi Keluarga: Mutiara Empunya Ibu Perkenankanlah saya merefleksikan sedikit coretan saya ini dengan harapan angin memb...
-
Ini bukan tentang sepatah dua patah kata selamat tinggal yang belum kau ucapkan Bukan tentang kemana arah angin yang akan membawamu terbang...
-
Teruntuk bulan yang tak kan padam dilahap malam Teruntuk sinarnya beserta terang cahaya namun tidak pernah kelam Meskipun malam semakin...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar