Minggu, 19 April 2020

Aku Selalu Ingin Makan Enak


Aku akan melanjutkan ceritaku yang sempat terhenti.

Baiklah, kita gunakan saja inisial. Berhubung dia seorang yang keras kepala, mari kita panggil Mr.KK. Aku selalu iri dengan kulitnya yang putih, wajahnya tidak pernah berjerawat, padahal ia lebih sering berpanas-panasan dibandingkan aku. Hal itu terkadang yang membuat dirinya besar kepala.
"Tidak, kamu tidak boleh lebih putih dariku, tidak boleh lebih cantik dariku" seruku padanya berkali-kali. Ia tetap meledek bangga. Banyak orang yang mengatakan dirinya cantik, huh padahal dia laki-laki.

Jujur, tidak pernah terbayang bisa bersama-sama melalui beratnya hari demi hari dengannya. Bukan aku banget. Tetapi, nyatanya kami telah berbagi rasa setahun lebih lamanya. Meski hidupnya yang penuh misteri dan keanehan lain yang membuatku selalu menggelengkan kepala, tetapi ia seorang penenang yang handal dalam setiap kepanikanku.

“Yaudah sih, biasa aja. Jalanin” ujarnya sambil tertawa. Ya, memang seperti itu. Mau ada masalah ataupun tidak, ia selalu memberi aura bahagia, seperti tidak ada beban. Tapi, hati orang siapa tau.

“Ngga bisa, ini tuh serius. Ada hal-hal yang bisa dijadikan bahan candaan, ada hal yang tidak” tegasku.

“aku yakin kamu pasti bisa” tandasnya dengan yakin. Aku memasang wajah kesal, namun dalam hati apa yang dia katakan ada benarnya. Tak perlu lah memikirkan sesuatu yang kita pasti tahu jawabannya.

“Yaudah, aku mau makan enak hari ini”

Kamis, 09 April 2020

Bukan Aku Banget!

"Bisa ngga kamu ngga bikin aku kesel sehari aja" Aku menggerutu dengan ponsel yang ku pegang.
Lagi-lagi aku dibuat jengkel dan kesal dengan lelaki di seberang sana. Hih, ini ngga aku banget deh. Seruku dalam hati sambil melemparkan hp yang ku pegang ke ranjang.

Kamu itu si pembuat onar.

Aku meraih hp ku kembali yang ku lemparkan tadi, mulai menekan nomor telepon lelaki itu. "Bisa ngga kamu kalau orang ngomong dengerin dulu, ngga usah ketawa, ngga pake sambil main game. Kalau mau niat ketemu, aku akan bersiap, kalau tidak jadi ya tidak papa," Bentakku pada si keras kepala. Di ujung telepon sana, terdengar ia masih asyik dengan gadget gamenya disertai tawa. Ku tutup teleponnya pertanda aku geram, berharap dia akan menghubungiku kembali. Ya...1...2...3... Tak berapa lama hp ku berdering, mungkin dia tahu nadaku tinggi karena sikapnya yang menyebalkan.

Nanti akan ku perkenalkan siapa itu si keras kepala.

Tragedi Segelas Es Teh Manis yang Tumpah

Teringat janjiku padanya untuk membawakan oleh-oleh khas Jogjakarta, kami memutuskan untuk bertemu. Ini kali kedua kami bertemu. Sejujurnya ...