Selasa, 26 Mei 2020

Tragedi Segelas Es Teh Manis yang Tumpah

Teringat janjiku padanya untuk membawakan oleh-oleh khas Jogjakarta, kami memutuskan untuk bertemu. Ini kali kedua kami bertemu. Sejujurnya malas bertemu dengan orang asing. Tetapi karena aku sudah membeli buah tangan ini, ya sudah. 

Aku sudah menunggunya di mini market tak jauh dari kampusnya di bilangan Depok. Ia bilang, ia akan menjemput setelah maghrib. Sejujurnya, aku tidak tahu pasti akan dibawa kemana dengan orang asing yang hanya sekali bertemu. Tidak lupa aku menggunakan fitur berbagi lokasi ke sahabatku, berjaga-jaga aku dalam kondisi yang aman.

Aku mengenakan baju abu-abu. Tak berapa lama sesosok manusia yang sudah ku kenali wajahnya menghampiriku. Ia juga megenakan raglan abu bergambar kartun favoritnya, the simpson.

“Ayo naik”. Ia mempersilakan ku untuk naik ke atas motornya.

“Yah, kok ngga ada pegangannya” kataku.

Ia menggunakan motor vespa matic single jok. Bayangkan, aku akan bersamanya dalam waktu beberapa jam tanpa alat pegang di motornya.

Setahuku, ini kendaraan roda dua yang dikhususkan untuk satu orang.

“Iya memang. Ya sudah majuan aja duduknya”. Ia memberikanku helm. Dengan linglung, aku berusaha membuat pertahanan diri tanpa memegangnya atau bahkan memeluknya di sepanjang jalan. Aku bahkan berusaha bertahan pada badan motor agar tidak jatuh. Sungguh, pegal sekali.

“Kita mau kemana” tanyanya

“Ngga tahu, jangan tanya aku. Aku lagi ngga bisa mikir”. Sejujurnya aku sengaja membiarkan ia tegas dengan tujuannya.
 
“HAHAHA LIAT ADA CEWEK ANEH PAKAI BANDO MICKY MOUSE” Ia terbahak-bahak melihat sekelilingnya.

Aku sudah tahu dia memang memiliki selera humor yang rendah. Melihatnya tertawa, sontak aku ikut tertawa. 

“Iya aneh banget ya, percaya diri banget loh”. Aku benar-benar larut dalam apa yang dilihatnya.

Di sepanjang jalan kami memang suka menertawakan hal yang kami anggap aneh. Haha. Tidak masalah bagiku.

Tidak berapa lama kami sampai tempat tujuan. Kami memilih menuju lantai dua karena agak sepi dan kami bisa melihat langsung hiruk pikuk kemacetan Jakarta.

“Nih kamu pesan” Ia menyodoriku menu.

Kami memesan dan menentukan pilihan. Kami masih membahas cerita-cerita yang aneh dan lucu bagi kami sepanjang jalan tadi. Kami megobrol kesibukan masing-masing dan aku memberikan tanda mata dari Jogja.

Aku memberikannya blangkon Jawa. Ketika memakai blangkon, ia terlihat begitu lucu dengan matanya yang sipit. Haha gotcha.

Kemudian pesanan kami datang. Ia tetap pada humornya yang aneh. Aku tetap tertawa atas sikapnya. Ya, bagiku memang unik, aneh, namun begitu menghibur.

Tiba-tiba “Praaaaaaaaak”, semua pengunjung restoran melihat ke arah kami. Lho, kami malah asyik tertawa melihat kebodohan sendiri. Aku menumpahkan segelas es teh manis di hadapan makanan yang telah disajikan di meja.

“Ah bodoh sekali diriku” kataku dalam hati. Aduh ini pertemuan kedua kami. Dengan segala kebodohanku, pikirku ia akan segera ilfeel.

Ah sudahlah tidak peduli.
“HAHAHAHAHHAHAHA”.
Ia malah asyik menertawaiku tanpa membantu membereskannya. Terlihat meja saat itu berantakan karena ulah teledorku di pertemuan kedua.

Kami memang aneh. Eh tidak. Bukan aku. Dia yang sebenarnya aneh.

Minggu, 19 April 2020

Aku Selalu Ingin Makan Enak


Aku akan melanjutkan ceritaku yang sempat terhenti.

Baiklah, kita gunakan saja inisial. Berhubung dia seorang yang keras kepala, mari kita panggil Mr.KK. Aku selalu iri dengan kulitnya yang putih, wajahnya tidak pernah berjerawat, padahal ia lebih sering berpanas-panasan dibandingkan aku. Hal itu terkadang yang membuat dirinya besar kepala.
"Tidak, kamu tidak boleh lebih putih dariku, tidak boleh lebih cantik dariku" seruku padanya berkali-kali. Ia tetap meledek bangga. Banyak orang yang mengatakan dirinya cantik, huh padahal dia laki-laki.

Jujur, tidak pernah terbayang bisa bersama-sama melalui beratnya hari demi hari dengannya. Bukan aku banget. Tetapi, nyatanya kami telah berbagi rasa setahun lebih lamanya. Meski hidupnya yang penuh misteri dan keanehan lain yang membuatku selalu menggelengkan kepala, tetapi ia seorang penenang yang handal dalam setiap kepanikanku.

“Yaudah sih, biasa aja. Jalanin” ujarnya sambil tertawa. Ya, memang seperti itu. Mau ada masalah ataupun tidak, ia selalu memberi aura bahagia, seperti tidak ada beban. Tapi, hati orang siapa tau.

“Ngga bisa, ini tuh serius. Ada hal-hal yang bisa dijadikan bahan candaan, ada hal yang tidak” tegasku.

“aku yakin kamu pasti bisa” tandasnya dengan yakin. Aku memasang wajah kesal, namun dalam hati apa yang dia katakan ada benarnya. Tak perlu lah memikirkan sesuatu yang kita pasti tahu jawabannya.

“Yaudah, aku mau makan enak hari ini”

Kamis, 09 April 2020

Bukan Aku Banget!

"Bisa ngga kamu ngga bikin aku kesel sehari aja" Aku menggerutu dengan ponsel yang ku pegang.
Lagi-lagi aku dibuat jengkel dan kesal dengan lelaki di seberang sana. Hih, ini ngga aku banget deh. Seruku dalam hati sambil melemparkan hp yang ku pegang ke ranjang.

Kamu itu si pembuat onar.

Aku meraih hp ku kembali yang ku lemparkan tadi, mulai menekan nomor telepon lelaki itu. "Bisa ngga kamu kalau orang ngomong dengerin dulu, ngga usah ketawa, ngga pake sambil main game. Kalau mau niat ketemu, aku akan bersiap, kalau tidak jadi ya tidak papa," Bentakku pada si keras kepala. Di ujung telepon sana, terdengar ia masih asyik dengan gadget gamenya disertai tawa. Ku tutup teleponnya pertanda aku geram, berharap dia akan menghubungiku kembali. Ya...1...2...3... Tak berapa lama hp ku berdering, mungkin dia tahu nadaku tinggi karena sikapnya yang menyebalkan.

Nanti akan ku perkenalkan siapa itu si keras kepala.

Minggu, 03 Desember 2017

Karam

Teruntuk bulan yang tak kan padam dilahap malam
Teruntuk sinarnya beserta terang cahaya namun tidak pernah kelam
Meskipun malam semakin larut, sinar bulan tidak akan redam
Banyak orang bilang, suasana malam menjadikan hati temaram
Ya, memang benar, masalah hati jika dibiarkan akan tenggelam
Lalu larut dalam heningnya malam
Jiwa-jiwa sepi akan terus menjadi kelam
Ini bukan hanya persoalan bulan yang saat ini menghiasi malam
Melainkan persoalan salah satu hati yang temaram karena dua orang yang duduk hanya saling terdiam
Yang satu menjadi geram
Dan satunya lagi tertawa lepas bak raja yang kejam
Yang satu mulutnya masih terbungkam
Dan satunya lagi matanya malah terpejam
Seakan semua yang sudah terjadi pasti akan tenggelam
Yang satu nampaknya muram
Dan yang satunya lagi nampak seperti orang awam
Yang merasa dirinya tidak paham
Hingga esok lagi matahari tenggelam
Kedua insan yang duduknya saling terdiam, masalah hatinya terus tidak khatam
Tidak ada jawaban atas pertanyaan semalam
Yang satu hanya bisa menyimpannya menjadi kenangan yang tak pernah usam
Dan yang satunya lagi melupakan, meninggalkan dan terus melaju seakan masalah hati bukan urusan yang runyam.

Rabu, 30 Agustus 2017

Dangdut dorong vs Ondel-ondel keliling

Setelah sekian lama udah gapernah ngeblog atau nulis-nulis gabut, akhirnya malam ini gue memutuskan untuk menulis. Aduhh sebenernya masih ada yang lebih penting buat ditulis daripada ini. yaa, gue harus nulis fieldnotes dari prelim dan penelitian di Indramayu kemarin. Huh belum lagi harus coding dan memoing. rasanya mager banget, tapi harus dikerjain yaa namanya mahasiswa semester akhir. Tapi entah kenapa untuk saat ini gue lebih pilih nulis blog yang isinya curahan hati, hm mungkin fieldnotes dan kawan-kawannya coming soon deh

Oh iya, minggu ini  gue udah mulai kuliah loh. Tapi hari ini, rabu, gue merasa gabut di rumah karena gak ada jadwal kuliah dan hari ini gue lagi gak ngajar les Odi dan Kayla. Oh iya Odi dan Kayla siapa? Nanti bakal gue ceritain di next story yaaa

Yang mau gue tulis ini adalah kejadian yang sering banget gue liat di jalan, atau pas gue lagi di rumah atau dimana pun deh. Gini, gue suka kasihan gitu loh, bahkan pake banget kalau liat orang-orang yang kerja keras, capek, kerja bareng, apalagi yang pendapatannya  gak seberapa atau gak pasti dan harus dibagi lagi sama timnya itu. Yang gue maksut disini itu kayak dangdut keliling atau dangdut dorong. Bayangin aja ya, satu tim mereka terdiri dari lebih dari 7 orang. Biasanya nih, kalau di rumah gue yang suka lewat, ada kali 10 orang bahkan lebih. Coba deh kalau kalian suka tahu, perhatiin. Ada yang bisanya nyanyi, biasanya sih 3 orang cewe-cewe gantiang, yang main gitar, yang main bas, main gendang, piano, seruling, yang dorongin gerobaknya, yang mintain uang keliling pakai topi dari rumah ke rumah. 

Bayangin dengan pasukan sebanyak itu, pendapatan aja pun belum pasti. Apalagi di zaman kayak gini, mana perhatiin sih orang-orang akan dangdut keliling yang lagi nyanyi atau lewat. Gue pribadi, bukannya mau sombong atau apa nih ya, gue selalu kasih kalau mereka mampir di rumah gue, atau kalau gue denger mereka dari kejauhan, gue pasti nyuruh adek gue buat kasih itu tukang dangdut keliling. 2rb aja gak bikin kita miskin kan. Hm coba bayangin lagi, mereka yang jumlahnya banyak banget, mesti bagi-bagi penghasilan. Sumbangan yang dilakuin dari rumah ke rumah aja belum tentu di kasih semua sama tuan rumah. Ada yang bilang 'maaf', terpaksa tuh tukang dangdut keliling pindah lagi ke rumah sampingnya, pas disampingnya gak sedikit yang kasih cuma 500 perak yang receh atau seribu perak paling gede orang kasih 2 ribu. Hm coba bayangin kalau mereka baru keluar siang sampe malem gitu, dapetnya misal kisaran 100rb-200rb, mereka harus bagi penghasilan untuk 10 orang, yang mana tiap orang cuma dapet 10-20rb aja sehari. Haduh gimana mereka mau kasih makan anak istri.

Sumpah gue sesedih itu kalau liat tukang dangdut dorong (dado). Mana sekarang cari uang susah banget, orang juga ngeluarin uang seribu dua ribu untuk dado pun mesti mikir dua kali. Hm semoga kalian gak gitu ya guyssss. Kasihan dorong-dorongnya, kl panas terik harus nyanyi. Tapi namanya kerjaan pasti ada resikonya. Salut deh sama orang-orang dangdut keliling.

Oh iya nih ada lagi yang profesinya agak nyelekit di hati. Ituloh, ondel-ondel keliling. Gak beda jauh sama dangdut keliling, ondel-ondel betawi yang sering kalian liat di jalan atau mampir ke depan rumah juga kasihan ih. Gue kadang suka gak tega, Bayangin deh itu berat banget bawa ondel-ondelnya, napasnya juga pasti gak enak ada di dalem situ. Biasanya kalau gue liat personil ondel-ondel keliling sih sekitar 4 orangan gitu. Satu yang jadi ondel-ondel, satu yang dorong gerobak kecil isinya semacem speaker, satunya yang mintain sumbangan dan satunya mungkin gantian sama ondel-ondel itu. Sengsara banget kan. Sama seperti dangdut keliling, gue juga biasa nyempetin kasih 2ribu kalau mereka dateng. Suka gak tega kalau yang mitain anak kecil malem-malem. Bahkan yang sering lewat depan rumah gue, kayak anak umur 10 tahunan gitu malem-malem jam 9an. Dek, harusnya kamu tidur loh besok sekolah. Tapi biasanya kalau ondel-ondel dia pakai kaleng bekas cat tembok, bisa juga plastik bekas cat tembok yang bentuknya silinder. Kan kalau dado dia biasa pakai topi.Gilaa hapal banget ya gue hahaha. Kadang dado atau ondel-ondel suka annoying sih ketia dia mintain sumbangannya ditengah-tengah jalan pas kita lagi nyetir atau bawa motor, mau ngasih sih, tapi ribet gak sih kan uang kita lagi ada di tas atau dompet. Jadi, kebanyakan kalau dimintain di jalan gitu jarang banget ada pengendara yang kasih. Yaa harapan mereka ya itu, dari rumah ke rumah.

Gue tahu, ketika gue kasih 2rb, gak bikin gue kaya ataupun miskin. Tapi seenggaknya kita bisa bantu mereka untuk beliin jajan anaknya sekolah, atau beli beras istrinya, atau makan mereka sehar-hari atau nyelengin untuk bayar kontrakan mereka per bulann. Aduh gabisa bayangin deh jadi mereka. Hujan kehujanan, panas pun kepanasan tapi pendapatannya gak seberapa dan harus dibagi-bagi lagi sama temennya yang lain.

Yuk bantu mereka, sisihkan aja uang kamu. Kalau gak punya 2ribu, kasih aja seribu. Kalau gak punya seribu, kasih aja recehan 500 perak. Kalau emang gak punya uang? Ya doain aja mereka semoga rezekinya selalu ada dan yang penting mereka bahagia dengan kerjaan yang mereka lakukan. Seenggaknya mereka cari kerja halal. Kalau mau kasih lebih? Wah bagus banget sih itu.

Oh iya nih satu lagi, gue punya usul. Gue selalu dinasihatin sama nyokap gue, kalau kita emang harus selalu berbagi, se-nggak punya duit apapun kita, usahain berbagi. Karena rezeki kita tuh selalu ada yang ngatur. Jangan pernah takut kita merasa kekurangan dengan kita berbagi, karena ketika kehidupan kita merasa sulit nih, ternyata di luar sana ada yang lebih sulit lagi. Mankanya kita harus selalu bersyukur. Dan tips terakhir dari nyokap gue ketika kita di jalan dan lagi mengendarai motor atay mobil, selalu sisihkan recehan di kantong celana. Jadi, kalau misal di jalan kayak tadi tuh, ada dado atau ondel-ondel, kita akan gampang kasih uangnya.

Itu ajasih sebenernya yang pengen gue tulis, semoga semua yang baca ini memiliki rasa iba yang tinggi untuk mereka. Gue nulis ini gak bermaksud sombong kok cuma mau ngajakin buat peduli sama mereka di luar sana aja, bukan cuma mereka yang kerjanya dangdut keliling atau ondel-ondel tapi semuanya yang merasa kesusahan. Kalau ada rezeki bantu laaah :)

Udah dulu ya ngantuuuk. Gue berdoa semoga kalian yang baca sehat selalu, banyak rezeki, dan rajin beramal ya.Dan untuk orang-orang dado dan onde-ondel keliling yang sering gue temuin di jalan, semoga kalian selalu sehat, rezeki banyak dan yang penting bahagia atas kerjaan yang kalian jalanin. Aamiin.

Have a nice day pepsss!:)
Kamis, 31 Agustus 2018
01:04

Sabtu, 03 Juni 2017

Mengejar Layangan Putus

Tidak kah kau lihat anak kecil berlari riang
Berlari dengan kencang
Berlari sambil senang-senang
Seakan tak peduli bebatuan yang melintang
Terus berlari dengan jalan yang panjang

Ya, mereka berlari mengejar layangan putus
Berlari terus tak akan pernah pupus
Bahagia mereka seperti itu terus-menerus
Tak peduli badan kurus
Bagi mereka mengejar layangan putus itu harus

Kini layangan sudah didapat
Mereka melompat-lompat
Bahkan mandi sore pun tidak sempat
Tak apa, terpenting layang harus dipegang erat
Melihat perjuangan mereka yang cukup berat

- mengejar layangan putus.

Minggu, 30 Oktober 2016

menulis itu...

“Aku bukan seorang yang melankolis, segala yang ku tulis selalu puitis. Hanya saja aku mencoba kritis dalam aksara yang tengah ku lukis”- Dita Suci Febrianti

Menulis bukan berarti pengecut
Bukan berari aku tak pandai berbicara langsung kepada dia yang disana.
Bukan itu....
Hanya saja menulis membuatku menjadi seorang yang apa adanya.
Aku merangkai huruf demi huruf, ku lanjutkan menjadi kata demi kata, seolah aku berusaha membuatnya indah.
Tiap malam aku menunggu sesuatu yang datang, ku sebutnya dengan inspirasi. Ah tapi, ku rasa tidak melulu setiap malam kau harus menunggu inspirasi.
Atau tidak melulu kau menunggu inspirasi untuk kau sekadar ingin menulis.
Dengan menulis, aku bermain dengan seseorang yang ku panggil imajinasi. Ya dia seperti temanku.
Ada kata yang tak bisa diungkap ketika bersuara dengan dia yang disana. Apa boleh buat, aku sampaikan saja kepada sepatah dua patah kata dalam tulisan. Aku sampaikan dengan lega. Entah dia membacanya atau tidak. Tidak, aku bukan seorang pengecut.

Hanya saja prinsip ku, dengan menulis, maka suaramu tak akan habis.

Tragedi Segelas Es Teh Manis yang Tumpah

Teringat janjiku padanya untuk membawakan oleh-oleh khas Jogjakarta, kami memutuskan untuk bertemu. Ini kali kedua kami bertemu. Sejujurnya ...